Tangga nada
adalah urutan nada yang disusun secara berjenjang. Disebut tangga nada apabila
sebuah tangga nada terdiri atas delapan tingkatan dengan urutan dari tingkat
pertama sampai delapan.
Tingkatan
tersebut, yaitu tonika (1), suptonika (2), median (3), subdominan (4), dominan
(5), submedian (6), laiding tone (7), dan oktaf (8)). Tangga nada dibagi menjadi
dua, yaitu tangga nada mayor dan minor. Tiap tangga nada dibedakan dengan
jarak.
Tangga nada
mayor berjarak 1 – 1 – 1/2 - 1 – 1 – 1 – 1/2. Oleh karena itu, sekarang kita
akan membahas tangga nada diatonis minor dan pentatonis.
a. Tangga Nada Minor Diatonis
Tangga nada
minor, yaitu tangga nada yang mempunyai jarak atau interval 1 – 1/2 - 1 – 1 – 1
– 1/2 - 1 – 1. Adapun urutan nadanya dimulai dengan nada (la) dan diakhiri
dengan nada (la) oktaf atas. Lagu yang bertangga nada minor biasanya berakhir
dengan nada la, tetapi ada juga yang diakhiri nada lain seperti 3 (mi).
Perhatikan contoh susunan tangga nada minor di bawah ini!
Tangga nada
minor menimbulkan kesan sedih dan pilu. Tangga nada minor dibagi menjadi empat
jenis, yaitu sebagai berikut :
1) Minor asli, yaitu
susunan tangga nada minor yang belum mengalami perubahan. Contohnya, lagu
Syukur ciptaan H Muntahar dan Trima Kasihku ciptaan Sri Widodo.
2) Minor harmonis, yaitu
susunan tangga nada minor yang setiap urutan nada ke-7 dinaikkan setengah nada.
Contohnya, lagu Warung Pojok Ciptaan Abdul Ajib
3) Minor melodis, yaitu
tangga nada minor yang setiap urutan nada ke –6 dan ke-7 dinaikkan setengah
nada. Contohnya, lagu Bing ciptaan Titik Puspa.
4) Minor zigana, yaitu
tangga nada minor yang setiap urutan nada ke-4, -6, dan –7 dinaikkan setengah
nada. Contohnya lagu yang berirama padang pasir.
b. Tangga Nada Pentatonis
Tangga nada
pentatonis, yaitu susunan nada yang terdiri atas lima nada. Tangga nada
pentatonis banyak terdapat di wilayah Nusantara sehingga tidak mengherankan
jika musik Nusantara banyak yang menggunakan tangga nada pentatonis.
Seiring
perkembangan zaman, tangga nada pentatonis dapat dikembangkan menjadi tangga
nada heptatonis. Namun, pada kenyataannya, tangga nada heptatonis (seperti lagu
gambang suling ciptaan Ki Nartosabdo dan lumbung desa ciptaan Martopangrawit)
masih tetap dalam anggota pentatonis. Hal ini dapat dibuktikan dengan dua cara.
Pertama apabila
seorang pengrawit menyuarakan laras pelog dia akan menyuarakan secara natural
urutan nada 3 2 7 6 5 3 2 7 6 atau 3 2 1 6 5 3 2 1 6.
Kedua, dalam
perangkat (ensambel) karawitan Jawa terdapat beberapa ricikan (instrumen)
gamelan pelog yang nada-nadanya tersusun atas dasar lima nada saja, seperti
gender barong, gender penerus, siter, celempung, dan gambang.
Tangga nada
pentatonis ini akan kita bahas tangga nada dari Nusantara di beberapa daerah,
seperti daerah Jawa Tengah. Tangga nada musik Nusantara daerah Jawa Tengah,
terdiri atas tangga nada kepatihan atau titi laras kepatihan dan tangga nada
rante atau titi laras ranti. Setiap tangga nada mempunyai karakter sendiri-sendiri.