Bagaimana
sebuah tarian dapat dikomunikasikan? Jawabannya adalah melalui pertunjukan
tari. Karya tari adalah bahasa seorang koreografer dalam mengungkapkan
gagasannya, yang disampaikan oleh penari kepada penonton.
Agar
bisa menangkap isi yang tersampaikan dalam sebuah tarian, perlu adanya
pemahaman tentang unsur estetika tari. Mari, kita kenali dari prinsip mendasar
wujud sebuah karya seni tari.
Prinsip
dasar seni yang harus menjadi pedoman dalam wujud atau bentuk sebuah karya seni
tari adalah memahami hal-hal berikut.
Berikut
ini akan diuraikan penjelasannya satu per satu.
1. Unity (Keutuhan)
Unity
atau kesatuan dalam karya seni tari adalah membuat satu bentuk yang memiliki
keterkaitan unsur satu dengan yang lain berdasarkan sumber yang sama. Bayangkan
sebuah lingkaran laba-laba (spider circle).
Gagasan
dalam mengawali sebuah kreativitas harus jelas akar sumbernya sehingga ketika
tema ditentukan akan dengan mudah ke arah mana desain gerak/motif gerak hingga
menjadi pola yang disusun menjadi sebuah bentuk yang memiliki keterkaitan
dengan tema tadi.
Gerak
tari harus menimbulkan kesan karakter tertentu agar kreativitas pemilihan
iringan tari jelas menyusun dinamika dan suasana yang diinginkan karakternya.
Respons iringan tari akan menegaskan suasana yang diinginkan dalam setiap
bagian pola gerak. Keterbacaan suasana ini bergantung kepada penyusunan
dinamika rangkaian motif gerak.
Keseluruhan
unsur tadi harus didukung penegasan wujud visual dengan desain rias dan busana
sebuah tari. Jika kita ambil unsur terpenting yang menjadi titik pertemuan
antara benang merah yang mengaitkan satu unsur dengan usur lainnya sehingga
berakhir pada sebuah tujuan yang sama, kesatuan dan keutuhan sebuah karya seni
tari adalah:
-
Ide atau gagasan
-
Tema
-
Desain/motif gerak
-
Dinamika iringan tari
-
Dinamika rangkaian motif gerak
-
Desain rias
-
Desain busana
2. Harmoni
(Keselarasan)
Kesan
yang ditimbulkan dari karya seni ketika diapresiasi dan dinikmati penonton
secara alami harus dapat saling menjelaskan antara unsur yang satu dengan yang
lainnya. Jadi, setiap unsur yang membentuk sebuah karya bukan merupakan
comotan-comotan yang dirangkai menjadi sesuatu.
Apabila
hanya gabungan hasil comotan, sebuah karya seni akan seperti seni
mozaik/tempelan, atau yang lebih ekstrem lagi dapat dikategorikan karya plagiat
(menjiplak).
Misalnya,
Anda akan membuat sebuah karya tari tanpa didasarkan ide hasil penghayatan dan
apresiasi, kemampuan, ilmu seni, serta pengalaman. Anda hanya memiliki ide.
Anda ingin seperti yang pernah Anda lihat.
Suatu
saat, Anda pernah melihat pertunjukan seni bela diri Kapuera dari Brazil, silat
dari Jawa Barat, Tari Kreasi Baru ‘Asyiik’ dari Jambi, yang semuanya mengandung
unsur seni bela diri. Kemudian, Anda mengambil gerak yang persis sama dari Tari
Asyiik pada bagian akrobatik untuk disimpan pada karya Anda dan dilanjutkan
dengan gerak meloncat sambil menendang, kemudian berputar dari kapuera,
diakhiri dengan gerakan pencak silat pada saat padungdung (bukan susunan jurus
saja, tetapi jurus yang sudah digambarkan pada sebagai pertarungan), dan
diiringi musik dari daerah Anda sendiri.
Itulah
salah satu bentuk contoh sederhana. Meskipun semua berada pada satu style tari
yang dilatarbelakangi tema seni bela diri, akan terasa terputus-putus secara
keseluruhan ketika dinikmati penonton sehingga jelas tidak memberikan sebuah
kenikmatan kepuasan kepada pelaku maupun penontonnya.
Harmoni
juga merupakan paduan penggunaan warna busana tari yang dapat memberi kesan
sebuah karakter dengan warna yang pada. Contohnya kuning dengan hijau, merah
dengan biru atau kuning. Namun misalnya untuk karakter lincah misalnya, tidak
memadukan hitam dengan ungu tua.
3. Balance
(Keseimbangan)
Bagian
ini maksudnya adalah proporsional dalam mengolah dimensi ruang, waktu, tenaga
yang ditentukan dengan jumlah dan ukuran. Proporsional dengan pemahaman bahwa
bukan jumlah penari yang harus sama, tetapi kedudukannya seimbang dengan
besarnya ruang atau arena pentas. Begitu pula dengan desain pola lantai
kedudukan penari, durasi waktu penyajian seimbang dengan tema tarian, tidak
bertele-tele seperti mengungkapkan sesuatu yang terlalu berbelit-belit. Harus
proporsional menggunakan tenaga karena jika semua gerakan menggunakan tenaga
yang kuat, akan menguras keringat penari dan melelahkan penonton.
4. Dinamika
Naik
turunnya suasana tarian menentukan wujud struktur tarian. Sebuah tarian yang
dapat menciptakan kejutan kecil yang dapat membuat penonton penasaran untuk
terus menyaksikannya dan dapat ditangkap maksudnya, maka dia telah memakai
dinamika sajian tari. Cepat lambatnya sebuah gerakan (tempo), cepat lambatnya
atau tebal tipisnya iringan, juga kontras atau harmoninya antara gerakan dan
iringan termasuk dinamika.