Pembentukan
karakter pada jenis tari tunggal bergantung kepada siapa tokoh atau lakon yang
sedang digambarkan, pada bagian suasana yang mana tarian ini akan ditonjolkan
menjadi sentral atau klimaks tarian.
Karakter
tari dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu sebagai berikut.
a.
Tari
yang berkarakter penuh khidmat: pada gambaran suasana yang serius, untuk ujian,
resital, test/asessment, ritual, dan magis.
b.
Tari
dengan karakter penuh kegembiraan: gembira karena senang, riang karena
lucu/mengundang tawa, komedi.
c.
Tari
dengan karakter kemarahan: kegagahan, keperkasaan, dan kekuatan.
Sentuhan
estetik pada sebuah tarian bisa berupa teknis menyajikan dan sentuhan yang
bertitik tolak pada kaidah seni bernilai estetik. Menerjemahkan sentuhan
estetis dari sebuah karya seni tari agak sulit dalam bentuk teoretis. Hal itu
hanya dapat dirasakan dan ditangkap bukan hanya dengan wujud visual,
tetapi dirasakan dengan jujur oleh apresiator (sebagai penonton) dan oleh
pelaku (penari).
Hal
yang terpenting berarti unsur estetis yang sulit ditangkap kontak fisik hanya
dapat diungkapkan oleh batin penikmat seninya. Nikmat bagi apresiator adalah
ketika bisa menikmati sajian, larut dalam imajinasi yang dibawakan.
Kemampuan
pelaku atau penari ketika menarikannya dengan sempurna ditunjukkan dengan
kelenturan, keseimbangan, tenaga sang penari, maupun ekspresi penari yang
menunjukkan karakter tokoh tari yang dibawakannya, seperti menjelma pada diri
penari, dan apresiator menangkap hal itu.
Pendalaman
atau penjiwaan tarian hanya dapat terbentuk apabila penari telah melalui
berbagai tahap pembentukan.
Tahap
pembentukan kesiapan mental dan fisik yang terbentuk karena penari telah
menguasai tubuhnya dengan sering mengolah tubuh agar lentur, memiliki
keseimbangan tubuh ketika bergerak, kekuatan tubuh untuk menari berjam-jam,
mengendalikan emosi, mengontrol napas agar tidak kelihatan terengah-engah
ketika menari, kemudian mengendalikan sikap tubuh yang dikoordinasikan dengan
penguasaan jiwa.
Tahapan
pembentukan roh/jiwa tarian yang dibawakan hal ini hanya dapat dirasakan oleh
penari ketika jiwanya merasakan kebutuhan untuk selalu bersentuhan dengan seni
yang digelutinya melalui kontak fisik dan sering menonton dan menari setiap
hari hingga menemukan gaya dan teknik yang membuatnya nyaman untuk bergerak.