Drama
adalah karya yang memiliki daya rangsang cipta, rasa, dan karsa yang amat
tinggi. Sesungguhnya, aspek negatif dari drama juga ada. Paling tidak drama
yang memuat kekerasan dan adegan seksual, kadang memicu penonton untuk meniru.
Drama
yang sedih, sering mempengaruhi penonton harus menjiwai kesedihan. Namun, di
balik hal-hal negatif itu menurut dia, ada kemungkinan-kemungkinan lain yang
memuat aspek positif drama sebagai berikut.
1)
Drama
agaknya merupakan sarana yang paling efektif dan langsung untuk melukiskan dan
menggarap konflik-konflik sosial, dilema moral, dan problema personal tanpa
menanggung konsekuensi-konsekuensi khusus dari aksi-aksi kita.
2)
Aktor-aktor
drama memaksa kita untuk memusatkan perhatian kita pada protogonist lakon,
untuk merasakan emosi-emosinya, dan untuk menghayati konflik-konfliknya, justru
untuk ikut sama-sama merasakan penderitaan yang aktazal atau menanggung atau
mengurangi pembinaan dan ketidakadilan yang dialami pelaku-pelaku atau
tokoh-tokoh drama.
3)
Melalui
tragedi, misalnya, dengan sedikit terluka di hati, dapat belajar bagaimana hidup
dengan penuh derita, dapat mengajarkan dan memberikan wawasan suatu ketabahan
dan dengan kemuliaan dapat menandinginya.
4)
Melalui
komedi, kita dapat menikmati peluapan gelak tar wa sebagai suatu pembukaan
tabir rahasia mengenai untuk apa manusia menentang/melawan dan untuk apa pula
manusia mempertahankan atau membela sesuatu.
5)
Melodrama
yang ditulis dengan baik, fantasi, atau farce, dapat mengusir keengganan
(skepticism), memperluas imajinasi kita, dan untuk sebentar membawa diri keluar
dari diri kita sendiri, sehingga tak mengherankan jika drama telah pula dikenal
berfungsi terapis.
6)
Para
psikiatris telah dikenal tahu menggunakan psikodra ma sebagai suatu sarana yang
efektif yang dapat membuat pasien dapat mengingat kembali pengalaman masa
lalunya.
7)
Sosiodrama
telah pula dikenal dapat menampilkan suatu fungsi yang sama bagi kelompok-kelompok
kecil dalam masyarakat, misalnya sebagai sarana yang membuat warga masyarakat
itu menyimpulkan identitas fiksional yang sedang mengalami konflik yang tanpa
serupa terjadi dalam keluarga dan kehidupan kelompok.
Ketujuh
hal itu tampaknya hendak menyatakan tentang kelebihan drama, sebagai karya yang
layak ditonton dan dibelajarkan. Drama bagi hidup manusia hampir sulit dibantah,
tentu ada makna tertentu. Nilai positif dan negatif dari drama amat bergantung pada
resepsi penonton. Drama sebagai cermin hidup dan diri kita sendiri.
Drama
adalah polesan hidup. Imajinasi hidup yang telah dipoles, dikreasi, justru akan
memunculkan imajinasi yang lebih hebat. Alam pikiran manusia kadang-kadang
melebihi drama itu. Hanya dengan menonton dan apalagi melakukan drama, sikap
dan tindakan seseorang bisa berubah. Orang dapat meniru tokoh, merasakan, dan
menghayati seluk beluk kejadian dalam drama.
Tujuh
hal itu juga sekaligus mengetengahkan tentang berbagai macam bentuk drama. Sesuai
dengan nilai dan isi drama, ternyata ada aneka ragam drama. Tiap pengarang
drama, boleh saja membuat ragam lebih dari sepuluh pementasan. Ragam akan
ditentukan oleh bentuk-bentuk permainan dan nuansanya. Tiap ragam drama biasanya
juga memiliki penggemar yang berbeda-beda. Bahkan, orang yang gemar pada ragam
drama humor, telah menunggu di depan televisi limabelas menit sebelumnya.
Kalau
begitu, drama memang selayaknya dilatihkan pada orang lain. Drama juga sepantasnya
dipelajari lewat jalur baik pendidikan formal dan non formal. Mengapa diajarkan
dan mempelajari drama? Agaknya alasan yang terpenting ialah untuk menemukan
lebih banyak tentang apa yang dimaksud dengan "menjadi manusia yang mampu
berdiri sendiri" (manusia mandiri) sebagai individu karena manusia dalam
semua keruwetan dan konflik-konflik hidupnya dapat menyusun pokok masalah utama
kehidupannya dari seni drama itu. Drama tidak hanya merupakan pencerminan atau pantulan
lingkungan hidup, tetapi juga menolong kita untuk mengatasi masalahnya hidup.
Bukan
tidak mungkin berbagai solusi kehidupan akan muncul dari arena pementasan.
Setiap pentas akan melahirkan pro-kontra, yang menjadi tawaran nilai bagi seseorang.
Tawaran kemanusiaan justru amat beragam dalam drama. Maka melalui drama, orang
dapat belajar rona kehidupan yang kompleks. Drama menjadi “guru” bagi kehidupan
itu sendiri. Siapa yang hendak memahami kehidupan secara tuntas, tontonlah drama.
Drama yang berupa sandiwara dan teater, akan memiliki fungsi bagi kehidupan apa
saja.
Banyak
teater tradisi yang memiliki fungsi khusus di daerah. Sedyawati (1981:4041) pernah
mempertanyakan hadirnya teater tradisi, seperti makyong, mendu, mamanda, demuluk,
dan sebagainya. Teater yang belakang sering disebut sebagai tradisi lisan tersebut,
biasanya membawakan kisah-kisah lokal. Biarpun kisahnya lokal, namun bisa jadi
memiliki nilai global. Teater tradisi tetap sebagai drama dan atau sandiwara
yang masih patut dilestarikan.