Seni
tari yang sudah tersusun pada zaman Indonesia Hindu masih terpelihara dengan
baik. Namun, seni tari juga semakin berkembang. Karya tari baru pun mulai
bermunculan.
Apalagi setelah adanya perjanjian Giyanti. Perjanjian Giyanti
adalah perjanjian yang berisi tentang penetapan pembagian kerajaan Mataram Islam
menjadi dua, yaitu Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Perjanjian
itu dilakukan pada tahun 1755.
Selanjutnya,
Kesultanan Ngayogyakarta dan Kesunanan Surakarta mencari identitas diri, antara
lain, melalui karya tari yang dihasilkan. Dua kerajaan itu menciptakan karya
tari dengan penampilan yang berbeda.
Perbedaan tersebut, di antaranya, dapat
dilihat dari sikap anggota tubuh dalam melakukan gerak tari. Kemajuan teknologi
dan ilmu pengetahuan, antara lain, mengakibatkan meluasnya tata pergaulan hidup
masyarakat daerah.
Lalu
lintas budaya antardaerah dan antarbangsa pun semakin meningkat. Hal itu
menimbulkan perubahan dalam pikiran, pandangan hidup, dan tingkat kehidupan
bangsa kita. Selain itu, lalu lintas budaya memengaruhi kehidupan seni,
termasuk seni tari. Kondisi tersebut mendorong seniman muda untuk menciptakan
karya tari baru. Namun, kita harus tetap selektif untuk menjaga kelangsungan
hidup dan perkembangan seni tari kita.
Seni
tari hasil ciptaan yang baru diharapkan tetap memerhatikan nilai-nilai seni dan
keindahan sesuai dengan budaya bangsa kita. Agar dapat bersikap selektif, kita
perlu melakukan hal-hal berikut:
a.
Menjaga
kelangsungan hidup seni tari bangsa kita dari kemungkinan terseret ke dalam
arus penetrasi budaya dari luar bangsa kita.
b.
Menciptakan
keseimbangan nilai-nilai seni tari kita dengan nilai seni tari di luar bangsa
kita.
c. Memanfaatkan
nilai-nilai seni tari dari luar lingkungan kita untuk memperkaya dan
menyempurnakan perkembangan seni tari kita.
Jika kamu banyak melakukan
apresiasi seni tari, kamu akan mengetahui perkembangan seni tari bangsa kita
saat ini. Salah satu perkembangan itu tampak pada keragaman tema tari,
misalnya, pada tema tari Ah. Tari Ah bertema sosial. Tari ini merupakan karya
tari kreasi baru yang menceritakan beberapa gadis pemakai narkoba.
Tarian ini
memiliki pesan moral yang ditujukan kepada generasi muda agar tidak mencoba
narkoba. Narkoba dapat menghancurkan masa depan. Karya tari Ah diciptakan oleh
seniman muda Eka dan Titin pada saat kuliah di Universitas Negeri Yogyakarta.