Suara dan
cakapan adalah dua hal pokok yang harus digarap dengan nada yang sesuai, karena
keduanya sangat menentukan suksesnya pementasan. Siswa perlu dilatih
mengucapkan vocal a, I, u, e, o dengan mulut terbuka penuh. Mungkin dalam
percakapan sehari-hari ini tidak perlu; akan tetapi di pentas, hal-hal yang
sehari-hari perlu diproyeksikan karena suara diharapkan dapat sampai pada
penonton di deretan tempat duduk paling belakang.
Ada kalanya
seorang pemain mampu mengucapkan kata dengan jelas atau “las-lasan”, tetapi toh
dialog yang diucapkannya tidak merangsang
pengertian. Jika ini terjadi, maka persoalannya pada apa yang lazim
disebut phrasering technique atau teknik mengucapkan dialog. Kalimat atau
dialog yang panjangharus dipenggal-penggal lebih dahulu, sesuai denga
satuansatuan pikiran yang dikandungnya.
Satu hal lagi
yang masih berhubungan dengan latihan vokal ialah perlunya dipahami adanya nada
ucapan. Kata “gila” dapat berarti umpatan keras, pujian, kekaguman, jika
diucapkan dengan nada yang berbeda-beda. Ini artinya nada ucapan tidak hanya
berfungsi untuk menciptakan dinamika, tetapi juga menciptakan makna.
Pada saat
pemain mengucapkan dialog, kata-kata ternyata tidak diucapkan datar, tetapi
terkandung di dalamnya lagu kalimat. Lagu kalimat itu menyarankan pertanyaan,
perintah, kekaguman, kemarahan, kebencian, kegembiraan, dan sebagainya. Di
samping itu, lagu kalimat juga menyarankan dialek tertentu, misalnya dialek
Jawa seperti terdengar dari lagu kalimat yang diucapkan pemeran dalam drama
seri Losmen; dalam film Naga Bonar terdengar lagu kalimat yang menyarankan
dialek Batak.