Penjiwaan dalam
menari merupakan kemampuan penari dalam menghayati dan mengekpresikan karakter
peran dan karakter tari, pada waktu menari. Penjiwaan dalam menari dalam bahasa
Jawa disebut dengan istilah wirasa. Penjiwaan dalam menari dapat dicapai apabila
seseorang dalam menari melibatkan passion, yaitu melakukan dengan perasaan
senang, bersungguh-sungguh (bersemangat) mencurahkan segala perasaannya dalam
kegiatan menari. Menari dengan hati seperti itu, akan menghasilkan penghayatan
dan ekspresi karakter peran dan karakter tari yang dapat berkomunikasi dengan
penonton.
Kemampuan
penjiwaan ini merupakan tanda yang tampak dari diri seseorang sebagai seorang
penari yang baik. Koreografi yang indah tidak akan menjadi indah apabila
penarinya tidak memiliki keterampilan teknis, tidak memiliki kepekaan musikal
dan tidak dapat menjiwai tariannya. Pernyataan ini menunjukkan betapa
pentingnya peran penari dalam memperkuat penampilan sebuah tari dan dalam
menciptakan keindahan sebuah tari atau dalam sebuah koreografi.
Penari
mempunyai tugas tidak hanya mengkomunikasikan gagasan dalam tari, namun tugas
utamanya adalah memberikan nyawa kepada tari, melalui bahasa tubuhnya dan
melalui ekspresinya, sehingga segala pesan yang terkandung dalam tari dapat
juga dihayati, dipahami dan dapat diinterpretasikan oleh penontonnya. Untuk
sampai kepada kemampuan penjiwaan dalam menari, ada beberapa kemampuan dasar
yang harus dimiliki oleh seorang penari, yaitu:
1. Memiliki
keterampilan teknis gerak, mencakup: kemampuan menghafal urutan gerak,
kemampuan olah tubuh, kemampuan mentaati gaya tari dan kelenturan.
2. Memiliki
kepekaan musikal, yaitu kepekaan dalam menyelaraskan ritme gerak tubuh dengan
ritme musiknya atau menyelaraskan ritme gerak dengan penari lainnya.
3. Mampu
menghayati dan mengekpresikan karakter peran dan karakter tari.
Di beberapa
wilayah budaya di Indonesia kemampuan seorang penari yang baik, dikenal dengan
beberapa istilah. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang penari tari gaya
Surakarta dan Yogyakarta (Jawa ) dikenal dengan istilah kemampuan wiraga,
wirama dan wirasa. Wiraga adalah keterampilan menari, kaitannya dengan
penguasaan teknis gerak, wirama adalah kepekaan musikal, dan wirasa adalah penjiwaan
penari terhadap karakter peran dan karakter tari.
Dalam Bambang
(1984) dikemukakan bahwa untuk dapat mencapai wirasa penari harus melakukan
empat hal, yaitu sawiji (konsentrasi), greget (menyalurkan kekuatan dari dalam/inner
dynamic), sengguh (percaya diri) dan ora mingkuh (penuh disiplin disertai
dedikasi dan loyalitas tinggi).
Menurut I Wayan
Dibia ( 2004: 17-18) bagi penari Bali. Seorang penari muda harus memiliki
kemampuan olah fisik dan mempunyai hafalan terhadap agem, tandang dan tangkis, penari
tua harus menguasai wirasa atau penjiwaan terhadap tarian, sedangkan penari
matang (tasak) melalui kemampuan olah fisik dan olah spirutualnya, dapat
mentranformasikan dirinya ke dalam peran yang dibawakan.
Penjiwaan
penari dalam menari merupakan kemampuan tingkat tinggi bagi seorang penari yang
dapat dicapai bila penari telah memiliki keterampilan teknis menari dan
memiliki kepakaan musikal.