Tari
yang bertema nonliterer merupakan tarian yang ide atau gagasannya muncul ketika
jiwanya bersentuhan dengan kejadian alam atau perilaku manusia.
Caranya,
dengan meniru/imitasi (gerak pantomim), dan mengeksplorasi (mencari gerak tari)
gerak untuk mewakili perasaannya ke dalam karya tari.
Mungkin
Anda pernah menempuh perjalanan yang cukup jauh, misalnya ke luar kota. Di
sepanjang perjalanan, banyak yang Anda lihat dan Anda alami. Anda melihat alam,
pohon, binatang, laut, orang sedang berjalan, dan semua kegiatan manusia
sehari-hari.
Anda
mungkin menemukan beberapa hal yang menarik perhatian Anda ketika di perjalanan
tadi. Ketika sudah tiba di tempat tujuan, Anda ceritakan kembali kepada orang
lain. Cerita itu tersusun sesuai daya ingat Anda, disampaikan dengan cara menurut
orang yang mendengarnya menarik.
Barangkali
hal itu karena cara Anda menyampaikannya mengesankan, sama berkesannya seperti
ketika Anda melihatnya.
Ilustrasi
itu sebenarnya menuju suatu maksud bahwa untuk menciptakan sebuah karya tari
perlu adanya rangsangan ide yang diwujudkan dalam bentuk proses kreativitas,
berbekal pengalaman, wawasan, kemampuan, dan metode dengan bekal disiplin ilmu
yang benar.
Bekal
pengalaman, wawasan, dan kemampuan kita pada saat kreativitas sebuah karya seni
tari akan diwujudkan menjadi sumber dan modal ketika kita memulainya. Tanpa
bekal tersebut, kita tidak dapat berbuat sesuatu. Naluri untuk berkarya pun
mungkin akan sulit untuk dimunculkan.
Seseorang
yang tidak mempunyai keterkaitan batin dengan seni tidak akan tergugah hatinya
ketika melihat objek A. Adapun seseorang yang hidup dengan seni, ketika
bersentuhan dengan objek A, secara alamiah ia akan bereaksi.