Beragam
sifat dan karakter manusia digambarkan pada tari-tarian di Indonesia
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan diungkapkannya sebuah tarian.
Karakter
dan sifat yang dibawa manusia sejak lahir akan menunjukkan dua sisi mata uang
yang berbeda.
•
Sifat
periang dengan tipe sifat penyendiri
•
Karakter
yang lembut dengan karakter yang kasar
•
Karakter
yang angkuh/sombong dengan rendah hati
•
Karakter
pemalu dengan pemberani, dan lain sebagainya
Sentuhan
estetik pada sebuah tarian bisa berupa teknis menyajikan sebuah tarian dan
sentuhan estetik yang dirasakan jiwa penari yang bertitik tolak pada kaidah
seni.
Menerjemahkan
sentuhan estetis dari sebuah karya seni tari agak sulit dalam bentuk teoretis.
Hal tersebut hanya dapat dirasakan dan ditangkap bukan hanya dengan wujud
visual, tetapi dirasakan dengan jujur oleh apresiator (sebagai penonton) dan
oleh pelaku (penari).
Hal
yang terpenting berarti bahwa unsur estetis yang sulit ditangkap kontak fisik
hanya dapat diungkapkan oleh batin penikmat seninya. Nikmat bagi apresiator
adalah ketika bisa menikmati kemampuan pelaku atau penari ketika menarikannya
dengan sempurna.
Teknik
gerakan yang baik ditunjukkan dengan kelenturan, keseimbangan, tenaga sang
penari, maupun ekspresi penari yang menunjukkan karakter tokoh tari yang
dibawakannya seperti menjelma dalam tokoh tari tersebut.
Pendalaman
atau penjiwaan tarian hanya dapat terbentuk apabila penari telah melalui
berbagai tahap pembentukan.
Tahap
menguasai tubuhnya dengan sering mengolah tubuh agar lentur memiliki
keseimbangan tubuh ketika bergerak, kekuatan tubuh untuk menari berjam-jam,
kontrol emosi, mengendalikan napas, kemudian mengendalikan sikap tubuh yang
dikoordinasikan dengan penguasaan jiwa yang memiliki karakter sesuai dengan
tarian.