Penciptaan
karya tari yang satu dengan yang lain pasti berbeda, meskipun tema yang diambil
sama. Perbedaan itu dapat berupa perbedaan gerak, busana, tata rias, atau unsur
yang lain.
Oleh karena perbedaan itulah, maka muncul keunikan pada setiap karya
tari. Keunikan suatu karya tari menjadi ciri khas karya tari tersebut. Sebagai
contoh, keunikan karya tari Topeng dari Yogyakarta. Keunikan tari Topeng, yaitu
selama melakukan gerak tari penari memakai topeng.
Pemakaian
topeng yang menutupi wajah penari tidak sedikit pun mengganggu gerak penari
dari awal sampai akhir peragaan. Penari tetap dapat bergerak dengan lincah.
Pemakaian topeng inilah yang membuat unik sekaligus menjadi ciri khas tari
Topeng. Saat ini, banyak bermunculan karya tari yang unik. Sebagai contoh,
karya tari yang dipertunjukkan di dalam air atau karya tari yang menggunakan
kain yang sangat panjang.
Seniman
penata tari dan penari berambut sebahu, Sardono Waluyo Kusumo, dikukuhkan
menjadi Guru Besar Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 14 Januari 2004. Gelar
profesor menjadi bukti tingginya pengakuan semua pihak terhadap hidup berkesenian
Mas Don, panggilan akrabnya. Sejak usia 23 tahun, ia sudah menghasilkan tari
berjudul Samgita Pancasona yang waktu itu sudah dipentaskan di Yogyakarta,
Solo, dan Jakarta.
Tak
lama setelah pementasan tersebut, dengan membawa nama misi kebudayaan ke luar
negeri, pada tahun 1971 Mas Don mementaskan tari Cak Tarian Rina di Iran dan
Jepang. Sepanjang karirnya, Mas Don telah menghasilkan tidak kurang dari 25
tarian.
Sebagai contoh, Dongeng dari Dirah, Hutan Plastik, Hutan Merintih,
Passage Through the Gong, Opera Diponegoro, Cak Tarian Rina, Awal Metamorfosis,
dan Samgita Pancasona. Semua karyanya mempunyai keunikan tersendiri, sebab
pasti berhubungan dengan kondisi suatu masyarakat pada kurun waktu tertentu
yang ”dipotretnya” menjadi karya tari.