Tari
Bedaya Semang yang diciptakan oleh Sultan Agung pada abad ke-17 dianggap
sebagai sumber dari
semua Tari Bedaya di Keraton Yogyakarta.
Tarian
tersebut berhasil direkontruksi oleh para pakar tari
Jawa dan dipergelarkan pertama kali pada tahun 2002 untuk merayakan peringatan
hari penobatan Sultan Hamengku Buwono X.
Biasanya
tari ini berbentuk sebuah ujian pergelaran tari di sekolah-sekolah seni atau
pada festival tari atau pasanggiri tari sebagai ajang memperoleh penghargaan atau
gengsi.
Seorang
kreator tari yang ingin menciptakan atau mewujudkan kreativitasnya dalam sebuah
pertunjukan tari, harus memiliki kemampuan untuk mengelola produksi sebuah
pertunjukan seni. Selain itu, juga harus mampu kemampuan untuk bertindak sebagai
kreator, penata, atau pencipta kreasi seni tari.
Hal
itu tidaklah mudah. Diperlukan keahlian khusus dari diri sendiri dan penguasaan
secara disiplin ilmu Seni Tari. Namun demikian, sebagai generasi muda, Anda
dapat menjadi kreator. Dengan semangat tinggi, Anda dapat turut serta
mengangkat seni tari tradisional di tingkat yang paling dekat dulu, yaitu di
lingkungan sekolah dengan berbekal ilmu dasar produksi seni pertunjukan, juga
dasar penciptaan tari yang sedang dibahas ini.
Dengan
memperhatikan kaidah-kaidah seni dan manajemen produksi seni secara
keseluruhan, Anda mulai menyiapkan hal-hal yang harus ditata, dimulai dari
tema, gerak tari (koreografi), desain lampu, desain musik, desain dramatik,
dinamika kelompok, rias, busana, properti, hingga ke susunan acara.
Hal
teknis yang dimulai dari tempat masuk hingga penonton duduk menikmati, kemudian
pulang dengan hasil kesan penonton setelah melihat pertunjukan itulah yang
harus diperhitungkan dengan matang ketika Anda membuat sajian tari untuk sebuah
petunjukan.