1.
Gerak
Kebanyakan
manusia dalam kehidupannya sangat mengharap terjadinya perubahan. Gerak dalam
aktivitas manusia menjadi bagian penting dari manusia yang masih hidup,
dinamis, dan sangat mennghayati dinamika terutama hubungannya dengan kehidupan
sehari-hari. Dalam berbagai peristiwa, manusia hidup berkembang dan bergerak.
Perubahan atas perkembangan dan gerakan yang terjadi sebagai dinamika manusia
menjadi inti adanya perubahan yang diharapkan. Dengan itu manusia merancang dan
mendesain sedemikian rupa untuk perkembangan dan perubahan yang diinginkan.
Faktor
keberuntungan dan kehendak yang kuasa segala yang diinginkan perkembangan dan
perubahan atas manusia menjadi pasrah. Gerak dalam kehidupan sehari-hari
manusia yang kurang menghayati kehidupan banyak diabaikan. Akan tetapi untuk
yang menghayati dinamisasi gerak menjadi obyek yang banyak dipelajari dan
dimaknai agar menjadi segala sesuatu yang berguna bagi diri maupun masyarakat
lain, termasuk dalam hal ini adalah tari. Elemen pokok tari adalah gerak.
Rudolf Laban
pakar tari kreatif menyatakan bahwa gerak merupakan fungsional dari Body
(gerak bagian kepala, kaki, tangan, badan), space (ruang gerak yang terdiri
dari level, jarak, atau tingkatan gerak), time (berhubungan dengan
durasi gerak, perubahan sikap, posisi, dan kedudukan), dinamyc (kualitas
gerak menyangkut kuat, lemah, elastis dan penekanan gerakan). Berpijak kepada
pendapat di atas, tari terdiri dari unsur gerak sebagai unsur utama, ruang,
waktu, dan tenaga.
Fungsi gerak
yang dihasilkan oleh tubuh manusia pada dasarnya dapat dibedakan menjadi gerak
keseharian, olah raga, gerak bermain, bekerja, dan gerak sehari-hari. Pada
khususnya, tari lebih menekankan kepada gerak untuk berkesenian, di mana gerak
dalam tari merupakan gerak yang sudah distilisasi atau distorsi.
Gerakan bersifat lembut dan mengalir, serta terputus-putus dan tegas merupakan
pola gerak yang menjadi ciri pembeda antara gerakan tari putra dan tari putri.
Gerakan yang
berada diantara gerakan berciri stakato atau patah-patah dan mbanyu
mili, disebut gerak tari tengahan, biasanya dilakukan untuk jenis
karakter herak tari tengahan atau alusan. Uraian ciri gerak ini sering dilihat
pada jenis tari yang berasal dari daerah jawa (tari Surakarta dan tari
Yogyakarta). Imitasi atau peniruang gerak dengan pengembangan ruang gerak,
motif gerak, dan gerak dalam ruang secara harmonis dengan ketentuan gerakan
yang diperagakan serta pengolahan ruang yang diharapkan.
Ruang gerak
penari tercipta melalui desain. Disain adalah gambaran yang jelas dan masuk
akal tentang bentuk/wujud ruang secara utuh. Bentuk ruang gerak penari
digambarkan secara bermakna ke dalam; desain atas dan disain lantai (La Meri:
1979: 12). Ruang gerak tari diberi makna melalui garis lintasan penari dalam
ruang yang dilewati penari. Kebutuhan ruang gerak penari berbeda-beda.
Jangkauan gerak
yang dimiliki oleh setiap gerakan sesungguhnya juga dapat membedakan jangkauan
gerak penari secara jelas. Bentuk dan ruang gerak yang dimiliki oleh penari
membutuhkan jangkauan gerak, berhubungan dengan kebutuhan, dan kesanggupan
penari dalam melakukan gerakan. Dengan demikian gerakan penari sesuai
pengarahan koreografer. Dalam mendesain ruang gerak penari, koreografer
menyesuaikan, bagaimana penari bergerak dan dapat mencapai desain yang sesuai
dengan kebutuhan gerakan.
Penari
membutuhkan sensitivitas rangsang gerak sebagai bentuk ekspresi keindahan gerak
yang dilakukan. Kebutuhan ekspresi gerak oleh penari berhubungan dengan
kemampuan penari menginterpretasikan kemauan koreografer dalam melakukan
gerakan yang diberikan. Dengan demikian terjadi sinkronisasi kemauan
koreografer dalam mendisain gerak dengan kepekaan penari dalam menafsirkan
gerakan melalui peta ruang.
Penari tidak
semata-mata memerlukan ruang gerak yang lebar saja. Kebutuhan ruang gerak yang
sempit, juga menjadi bagian penerjemahan ruang gerak tari oleh penari. Ruang
gerak penari menjadi alat yang ampuh dalam menciptakan disaian tentang ruang
oleh penari maupun koreografer. Ruang gerak penari dengan jangkauan gerak luas
membutuhkan teknik dan karakterisasi gerak yang dalam oleh penari.
Kebutuhan
teknik gerak yang harus dilakukan penari adalah bagaimana penari mengawali dan
mengakhiri gerakan, dan dasar teknik gerak seperti apa penari harus menuntaskan
harapan geraknya. Penari dalam mengekspresikan jangkauan gerak membutuhkan
ekspresi gerak yang sepadan dengan jangkauan geraknya. Ekuivalen gerak dan
jangkauan gerak menjadi tuntutan koreografer dalam menciptakan ruang gerak
penari serta penghayatan yang diperlukan penari dalam mencapai tujuan gerakan
tersebut.
Kesan gerak di
bawah ini menunjukan gerakan sembah, putaran dan liukan badan bertumpu pada
kaki yang kuat. Disain ruang yang tercipta sempit di dalam, serta luas dan
tertunda. Dinamika tari terwujud melalui cepat-lambat gerakan dilakukan oleh
penari. Unsur dinamika ini membutuhkan waktu gerak. Apabila penari bergerak
bagian tubuh yang berpindah tempat, berubah posisi, serta pindah kedudukan. Hal
tersebut membutuhkan waktu. Perubahan gerak ekuivalen dengan kebutuhan waktu,
cepat-lambat, panjang-pendek, dan banyak-sedikit gerakan dilakukan butuh waktu.
Tempo gerakan
merupakan panjang-pendek, cepat-lama gerakan dilakukan. Waktu dalam tari dimensi
dari tempo gerak. Tempo gerak dapat membangun imej tari secara keseluruhan
dalam bentuk garapan tari atau koreografi tari. Pengolahan ruang gerak dan
tenaga yang disalurkan melalui motif gerak penari di bawah ini adalah
memanfaatkan tercapainya gerakan spilt atau slidding dan sircle
atau putaran. Desain waktu berhubungan dengan kecepatan gerak, situasi, dan
kondisi emosional penari.
Pemahaman waktu
dapat juga terkait dengan masalah teknik pengendalian gerak, intensitas gerak,
kualitas gerak, dan proses mengaktualisasikan gerakan ke dalam konsep waktu.
Konsep membangun waktu dipraktikan melalui imajinasi gerak hubungannya dengan
panjang-pendek gerak, kuat-lemah gerak menjadi konsep tentang rangkaian gerak
dalam bentuk kalimat gerak. Usaha untuk membangun waktu lebih dapat dijabarkan
ke dalam bagaimana gerakan dilakukan sesuai kebutuhan waktu yang ada.
Dalam tari,
konsep waktu bisa dihadirkan dengan motif gerak duduk-duduk saja, atau dengan
berdiri jongkok, atau gerak lain yang tidak memerlukan perpindahan tempat
secara mendasar. Kebutuhan waktu yang mendesak dalam tari adalah memanifestasi
kebutuhan gerakan cepat dan gerakan lambat secara dilematis. Hal ini
berhubungan dengan panjang pendek waktu, kebutuhan ruang dengan waktu, serta
kebutuhan pentas tari dipentaskan. Oleh sebab itu, koreografer dalam menyikapi
kebutuhan waktu biasanya mengoptimalkan pengembangan kreativitas dalam bentuk
pengolahan gerak dan pengolahan waktu secara bersama ke dalam konsep garapan
tarinya.
Waktu dalam
gerakan menjadi salah satu konsep tarian. Hal ini sangat dibutuhkan dalam
pengembangan penggarapan koreografi. Dengan demikian elemen waktu menjadi
ukuran frase gerak. denyut nadi gerak, dan pendalaman ruang gerak secara
imajinatif. Keadaan diam manusia nadinya tetap bergerak di sini membutuhkan
waktu. Berdasarkan uraian ini konsep gerak-ruang-waktu merupakan unsur yang
saling terkait dengan lainnya. Ketiga unsur di atas adalah trisula yang sangat
memiliki peran sama dan saling mendukung untuk kebutuhan suatu koreografi.
2.
Tenaga
Gerak tari yang
diperagakan menunjukan intensitas gerak yang dapat menjadi salah satu indikasi.
Tenaga yang diwujudkan oleh gerakan berhubungan dengan kualitas gerak. Hal ini
dapat tercermin pada tenaga yang disalurkan oleh penghasil gerak dalam mengisi gerak
menjadi dinamis, berkekuatan, berisi, dan menjadi anti klimak dari tensi dan
relaksasi gerak secara keseluruhan.
3.
Ekspresi
Dalam kehidupan
sehari-hari, manusia mengekspresikan diri bergantung pada situasi psikologis
yang bersangkutan dalam menghadapi berbagai masalah. Ekspresi diri manusia
secara umum berbeda dengan ungkapan ekspresi di dalam tari. Perbedaan yang ada
bahwa ekspresi tari semua yang berhubungan dengan perubahan psikologis,
pembawaan suatu karakter, memiliki keterbatasan pada cara mengungkapkannya.
Sebagai
ilustrasi bahwa, marah dalam kehidupan sehari-hari dapat diekspresikan dengan
berbagai cara dan kepekaan diri di dalam melakukan luapan. Dalam tari semua
ungkapan yang diperagakan harus distilisasi/didistorsi, sehingga wujud ungkapannya
menjadi berbeda. Di sinilah letak pembeda dari cara penghayatan sebuah ungkapan
ekspresi diri dan penghayatan karakter dalam seni maupun dalam kehidupan
sehari-hari.
Ekspresi dalam
tari lebih merupakan daya ungkap melalui tubuh ke dalam aktivitas pengalaman
seseorang, selanjutnya dikomunikasikan pada penonton/pengamat menjadi bentuk
gerakan jiwa, kehendak, emosi atas penghayatan peran yang dilakukan. Dengan
demikian daya penggerak diri penari ikut menentukan penghayatan jiwa ke dalam
greget (dorongan perasaan, desakan jiwa, ekspresi jiwa dalam bentuk tari yang
terkendali).
4.
Iringan Tari
Iringan dan
tari adalah pasangan yang serasi dalam membentuk kesan sebuah tarian. Keduanya
seiring dan sejalan, sehingga hubungannya sangat erat dan dapat membantu gerak
lebih teratur dan ritmis. Musik yang dinamis dapat menggugah suasana, sehingga
mampu membuat penonton memperoleh sentuhan rasa atau pesan tari sehingga
komunikatif. Musik dalam tari memberi keselarasan, keserasian, keseimbangan
yang terpadu melalui alunan keras-lembut, cepat-lambat melodi lagu. Pada
dasarnya tari membutuhkan iringan sebagai pengatur gerak.