Bentuk
teater Nusantara berdasarkan wujud pertunjukan serta isi ceritanya dibedakan
menjadi tragedi, komedi, dan tragikomedi.
1. Tragedi
Bentuk
teater tragedi isi ceritanya penuh dengan konflik-konflik dan memunculkan
tragedi kehidupan manusia. Tokoh utama mengalami kegagalan dan akhir cerita
yang menyedihkan. Contoh cerita tragedi misalnya Sam Pek Eng Tay, Roro Mendut
dan Pronocitro, Sumur
Tanpa
Dasar dan Kapai-Kapai karya Arifin C. Noer, Titik-Titik Hitam karya Nasjah
Djamin, Raja Lear, serta Romeo dan Yuliet karya William Shakespeare. Teater
tragedi akan memunculkan katarsis bagi penonton yang melihat pertunjukan
tersebut. Katarsis berasal dari bahasa Yunani khatarsis yang berarti
pembersihan atau penyucian diri. Efek yang diakibatkan oleh teater tragedi
terhadap para penontonnya antara lain mereka turut menghayati nasib yang
dialami oleh tokoh dan terombang-ambing oleh rasa takut, haru, dan belas kasih.
Setelah menonton pertunjukan teater tragedi,
penonton akan mengadakan introspeksi pada diri sendiri dan akan merasakan
kelegaan karena tekanan batinnya telah berkurang.
2. Komedi
Bentuk
teater komedi isi ceritanya biasanya penuh dengan humor, canda tawa, serta
bercerita tentang cacat manusia, dan biasanya diakhiri dengan kegembiraan dan
kebahagiaan tokoh utama. Di Indonesia pertunjukan komedi misalnya dipentaskan
oleh kelompok Srimulat. Komedi biasanya berisi cerita-cerita lucu yang
terbangun dalam alur. Misalnya naskah karya Moliere seperti Akal Bulus Scapin
dan Dokter Gadungan.
3. Tragikomedi
Bentuk
teater tragikomedi merupakan perpaduan antara tragedi dan komedi. Isi ceritanya
memuat kesedihan sekaligus humor yang menghibur penonton. Contoh cerita
tragikomedi misalnya Sidang Susila karya Agus Noor dan Ayu Utami.
4. Bentuk Teater yang
Lain
Selain
ketiga bentuk teater di atas, terdapat juga pertunjukan teater dengan bentuk
opera, farce/banyolan (pertunjukan dengan gerak-gerak lucu oleh pemainnya),
sendratari, pantomim, teater minim kata, teater kontemporer, teater absurd,
teater simbolis, teater surealis, teater epik, teater yang anti-teater, dan
sebagainya. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan teater
Nusantara berkembang dengan pesat dan semakin memungkinkan terbukanya
kesempatan untuk memunculkan bentuk-bentuk teater modern yang lain.