Mengekspresikan
diri dengan seni teater adalah mengungkapkan gagasan, maksud, dan perasaan
menggunakan gerak anggota tubuh, vokal, dan pikiran.
Berikut
adalah pengembangan-pengembangan teknik olah tubuh, olah pikir, dan olah suara.
1. Melatih Tubuh
Latihan
tubuh adalah latihan ekspresi secara fisik. Kita berusaha agar fisik kita dapat
bergerak secara fleksibel, disiplin, dan ekspresif. Artinya, gerak-gerik kita
wajar, tetapi berdisiplin terhadap peran kita, dan ekspresif sesuai watak dan
perasaan tokoh yang kita bawakan. Di beberapa kelompok teater biasanya sering
diberikan latihan dasar akting, berupa menari, balet, senam, dan latihan pencak
silat untuk melatih kelenturan, kedisiplinan, dan daya ekspresi jasmaniah.
Rikrik
El Saptaria dalam bukunya menjelaskan teknik latihan olah tubuh sebagai
berikut:
a.
Head Alone (Gerakan hanya Kepala)
–
Kepala
terbang, kepala tiba-tiba ringan, dan terbang ke langit, rasakan dengan intens
ringannya kepala itu dan efeknya pada tubuh.
–
Kepala
tiba-tiba berat ke depan, ke belakang, ke samping kiri atau ke samping kanan.
Rasakan dengan intens berat kepala itu serta efeknya pada tubuh.
b.
Hand Alone (Hanya Tangan)
–
Berilah
jiwa pada tangan, jadilah tangan itu binatang (bisa saja ular). Rasakan efeknya
ketika tangan itu bergerak menjauhi tubuh atau rasakan tangan itu ketika sang
ular tiba-tiba mengejar tubuh (mematuk tubuh).
–
Atau
bayangkanlah jika tangan kamu itu tiba-tiba ringan dan terbang ke udara. Bisa
juga tiba-tiba tangan kamu menjadi berat, seolah-olah membawa beban yang sangat
berat.
c.
Stomach Alone (Hanya Perut)
Rasakan di dalam
tubuh ada satu benda yang bergerak-gerak liar mendorong perut, seluruh badan
bagian tersebut seperti akan keluar, dan terasa ringan seolah akan terbang.
Rasakan efeknya pada kaki, tangan, dan kepala. Kemudian rasakan pula bagian perut
tersebut menjadi berat.
d.
Hip Alone (Hanya Pantat)
–
Rasakan
bagian-bagian torsonya, menjadi berat atau menjadi ringan.
–
Rasakan
seluruh efeknya pada kaki, perut, tangan, dan kepala.
e.
Legs Alone (Hanya Kaki)
Kaki dimulai dengan
berjalan, berbelok dengan ujung-ujung jari kaki, berbelok dengan pangkal kaki,
berbelok dengan lutut, demikian seterusnya. Dan bagaimana jika kaki menjadi
berat atau ringan (silakan pilih) misalnya jika kaki kita tiba-tiba terasa
ringan dan terbang, tentu saja diusahakan untuk tidak terjatuh. Bagaimana efeknya
pada tubuh kita? Kemudian kombinasikan beberapa gerakan tadi (kaki berat, tangan
berat, perut berat) untuk dijadikan sebagai sebuah karakter. Contohnya: kera.
2. Melatih Pikiran
a. Latihan Konsentrasi
Konsentrasi
diarahkan untuk melatih aktor/pemain dalam kemampuan membenamkan dirinya
sendiri ke dalam watak dan pribadi tokoh yang dibawakan dan ke dalam lakon itu.
Konsentrasi harus pula diekspresikan melalui ucapan, gesture, movement, dan
intonasi ucapannya.
b. Observasi dan
Imajinasi
Untuk
menampilkan watak tokoh yang diperankan, aktor/pemain secara sungguh-sungguh
harus berusaha memahami bagaimana memanifestasikannya secara eksternal. Pemain
mulai dengan belajar mengobservasikan (memahami) setiap watak, tingkah laku,
dan motivasi orang-orang yang dijumpainya. Kekuatan imajinasi berfungsi untuk mengisi
dimensi kejiwaan dalam akting, setelah diadakan observasi tersebut. Akting
bukan sekadar meniru apa yang diperoleh lewat observasi, tetapi harus menghidupkannya,
memberi nilai estetis
3. Melatih Suara
Latihan
suara atau vokal dapat diartikan latihan mengucapkan suara secara jelas dan
nyaring (vokal), dapat juga berarti latihan penjiwaan suara. Latihan suara
bertujuan agar suara jelas, nyaring, mudah ditangkap, komunikatif, dan
diucapkan sesuai daerah artikulasinya. Pengembangan pada latihan olah suara
antara lain sebagai berikut:
a. Menyanyi
Metode
yang digunakan adalah menyanyi segala macam jenis lagu terutama seriosa.
Hendaknya dilakukan pagi hari setelah bangun tidur dan sebaiknya jangan makan
ataupun minum dahulu.
b. Deklamasi
Metode
yang digunakan adalah pergi ke alam terbuka dan lapang, pilih puisi yang
panjang. Perlu diperhatikan adalah pengaturan napas, ketepatan artikulasi, dan
diksi. Deklamasikan puisi tersebut dengan keras dan penghayatan sampai ruang
resonansimu terbentuk dan terbiasa.