Bentuk
sajian tari tunggal hasil kreasi koreografer dapat mewujudkan kemampuannya
dalam menggerakkan tubuhnya secara luwes, kuat, seimbang, dan menunjukkan sifat
bebas. Hal itu dapat dijumpai pada beberapa pertunjukan tari nonetnik, seperti
pada acara "Lets’ Dance".
Kata
kontemporer yang berasal dari “co” (bersama) dan “tempo” (waktu). Dengan
demikian, istilah tersebut menegaskan bahwa seni kontemporer adalah karya yang
secara tematik merefleksikan situasi waktu yang dilalui.
Penyajian
tari tunggal hanya dilakukan pada saat tertentu, ketika satu grup dance
menantang grup yang lain untuk beradu kemampuan menari dengan energik dan
menarik minat penonton. Tarian tersebut harus didukung kekuatan fisik dan
mental. Artinya, tidak menjadi pesimis ketika grup lain menari dengan lebih
baik dari pada grupnya sendiri.
Namun, berbeda dengan sajian komposisi tari
“Ambigu” karya Lena Guslina, atas ulasan oleh F.X. Widaryanto tentang seorang
penata tari muda dari
Jawa Barat. Karya tarinya ini menyajikan tarian sendiri, hanya dibantu sebuah
layar putih dan sebuah kain bermotif batik di sisi lainnya. Dia mengolah
gerakan menjadi rangkaian gerak tari yang tidak melepaskan diri dari kaidah
seni.