1.
Peralatan Membatik
a.
Canting
Canting merupakan alat utama yang dipergunakan untuk
membatik. Penggunaan canting adalah untuk menorehkan (melukiskan) cairan malam
agar terbentuk motif batik. Canting memiliki beberapa bagian yaitu:
·
Gagang
Gagang merupakan bagian canting yang berfungsi
sebagai pegangan pembatik pada saat menggunakan canting untuk mengambil cairan
malam dari wajan, dan menorehkan (melukiskan) cairan malam pada kain. Gagang
biasanya terbuat dari kayu ringan.
·
Nyamplung (tangki kecil)
Nyamplung merupakan bgian canting yang berfungsi
sebagai wadah cairan malam pada saat proses membatik. Nyamplung terbuat dari
tembaga.
·
Cucuk atau carat
Cucuk merupakan bagian ujung canting dan memiliki
lubang sebagai saluran cairan malam dari nyamplung. Ukuran dan jumlah cucuk can
beragam tergantung jenisnya. Cucuk tersebut terbuat dari tembaga. Kondisi cucuk
harus senantiasa berlubang, kalau tersumbat oleh cairan malam yang sudah
mengeras, cucuk dapat dilubangi lagi dengan cara mencelupkan di cairan panas
malam, sumbatan keras tersebut akan turut mencair kembali. Sedangkan bila
sumbatan belum mengeras maka pelubangannya dapat dipakai dengan bulu sapu
lantai.
b. Kuas
Pada umumnya kuas dipergunakan untuk melukis, dalam
proses membatik kuas juga dapat dipergunakan untuk Nonyoki yaitu mengisi bidang
motif luas dengan malam secara penuh. Kuas dapat juga untuk menggores secara
ekspresif dalam mewarnai kain. Anda dapat mempergunakan kuas cat minyak, kuas
cat air, atau bahkan kuas cat tembok untuk bidang sangat luas.
c. Kompor
Minyak Tanah
Kompor minyak tanah dipergunakan untuk memanasi
malam agar cair. Pilihlah kompor yang ukurannya kecil saja, tidak perlu yang
besar. Pembatik tradisional biasanya menggunakan anglo atau keren. Anglo
merupakan arang katu sebagai bahan bakar. Kelemahan anglo/keren adalah asap
yang ditimbulkannya berbeda dengan kompor yang tidak seberapa menimbulkan asap.
Pilihlah kompor yang ukuran kecil saja, dengan diameter sekitar 13 cm, sesuai
dengan besaran wajan yang digunakan. Pemanasan malam tidak membutuhkan api yang
cukup besar seperti kalau kita memasak di dapur.
d. Wajan
Wadah untuk mencairkan malam menggunakan wajan,
terbuat dari bahan logam. Pilihlah wajan yang memiliki tangkai lengkap kanan
dan kiri agar memudahkan kita mengangkatnya dari dan ke atas kompor. Wajan yang
dipakai tidak perlu berukuran besar, wajan dengan diameter kurang lebih 15 cm
sudah cukup memadai untuk tempat pencairan malam.
e.
Gawangan
Pada waktu membatik kain panjang, tidak mungkin
tangan kiri pembatik memegangi kain tersebut. Untuk itu membutuhkan media untuk
membentangkan kain tersebut, yang disebut gawangan. Disebut demikian karena
bentuknya seperti gawang sepakbola, terbuat dari kayu, agar ringan dan mudah
diangkat dan dipindahkan. Peralatan tersebut di atas sudah cukup memadai untuk
kegiatan membatik Anda. Memang di masa lalu ada beberapa peralatan pendukung
lainnya seperti saringan, kursi kecil (dingklik) dan lipas/tepas. Tepas
diperlukan untuk membantuk menyalakan api arang kayu di anglo/keren. Sekarang
ini dengan adanya kompor, maka tepas tidak diperlukan dalam kegiatan membatik.
f. Nampan
Nampan plastik diperlukan untuk tempat cairan
campuran pewarna dan mencelup kain dalam proses pewarnaan. Pilihlah ukuran
nampan yang sesuai dengan ukuran kain yang dibatik agar kain benar-benar
tercelup semuanya.
g. Panci
Panci aluminium diperlukan untuk memanaskan air di
atas kompor atau tungku dan untuk melorot kain setelah diwarnai agar malam bisa
bersih. Pilihlah ukuran panci sesuai dengan ukuran kain yang dibatik.
h. Sarung
tangan
Sarung tangan diperlukan sebagai pelindung tangan
pada saat mencampur bahan pewarna dan mencelupkan kain ke dalam cairan pewarna.
Selama penyiapan warna dan pewarnaan kain, pergunakanlah selalu sarung tangan
karena bahan pewarna batik terbuat dari bahan kimia yang berbahaya bagi
kesehatan kulit dan pernafasan, kecuali pewarna alami (natural).
i. Sendok
& Mangkuk
Sendok makan dibutuhkan untuk menakar zat pewarna
dan mangkuk plastik untuk mencampur zat pewarna tersebut sebelum dimasukkan ke
dalam air. Selain itu juga diperlukan gelas untuk menakar air.
2. Bahan Batik
a. Kain
Salah satu bahan yang paling pokok dalam membatik
adalah kain, sebagai media tempat motif akan dilukiskan. Untuk membatik
biasanya kain yang biasa digunakan adalah jenis kain katun seperti kain
Voilissma, Primis, Primissima, mori biru, Philip, berkolyn, santung, blacu, dan
ada juga yang mempergunakan kain sutera alam. Media kain yang harus
diperhatikan adalah usahakan agar kain tersebut tidak mengandung kanji atau
kotoran lainnya, karena hal ini akan mengganggu proses penyerapan malam ataupun
warna.
Pengolahan kain ini lebih banyak dikenal dengan
istilah “ngloyor”. Bahan untuk pengolahan kain biasanya minyak jarak atau
larutan asam. Pengolahan kain menggunakan minyak jarak, langkah yang harus
dikerjakan yaitu merendam kain dalam panci dan direbus dengan memasukkan minyak
jarak ke dalam rebusan kain tersebut. Apabila sudah mendidih, diambil dan
direndam dalam air dingin sambil diremas-remas. Air dingin untuk merendam kain
ini bisa ditambahkan sabun atau deterjen.
Pengolahan kain dengan larutan asam biasanya
dilakukan satu hari, tetapi perlu diperhatikan bahwa larutan asam yang terlalu
banyak akan merusak kain. Pengolahan kain dengan minyak jarak dan larutan asam
tidak cocok digunakan untuk kain sutera, karena kain sutera yang berbahan
sangat lembut memerlukan perlakuan khusus. Biasanya pengolahan kain sutera
dengan sabun yang khusus untuk serat halus dan tidak diperas berlebihan atau
apabila sulit untuk mencari sabun khusus untuk kain sutera bisa menggunakan
shampo untuk rambut, tetapi gunakan sedikit saja dan cucilah dengan perlahan.
Sebagai tambahan saja, bahwa kain sutera sangat
cocok apabila diwarna dengan menggunakan pewarna alam. Selanjutnya setelah kain
diangkat dari perendaman, kemudian kain dilipat dan dikemplong (“ngemplong”)
yaitu dengan cara memukul-mukul kain tersebut dengan menggunakan pemukul kayu.
Tujuannya agar serat kain menjadi kendor dan lemas. Setelah dikemplong kain
dijemur. Setelah kering kain bisa diseterika dan siap untuk dipola.
Saat ini banyak tersedia kain yang berkualitas bagus,
tetapi tentu saja kain tersebut masih mengandung kanji. Tetapi terkadang saat
ini banyak orang yang hanya merendam kain dalam air sampai beberapa kali tanpa
menggunakan minyak jarak atau larutan asam. Cara ini bisa juga dilakukan pada
kain yang sedikit mengandung kanji. Setelah kain diproses “ngloyor” dan
“ngemplong”, kain tersebut diukur sesuai dengan bentuk dan ukuran yang
diinginkan.
b. Malam/Lilin
Malam merupakan bahan bahan utama yang menjadi ciri
khas dalam proses membatik. Dalam proses membatik, malam mempunyai fungsi untuk
merintangi warna masuk ke dalam serat kain dimana motif telah dipolakan dan
agar motif tetap tampak. Sebelum menggunakan malam, pilihlah malam yang sesuai
dengan kebutuhan, karena malam memiliki jenis, sifat, dan fungsi beragam.