Kekhasan
jenis tari tradisional terbentuk oleh latar belakang kultur daerahnya
masing-masing. Tari tradisional menjadi bagian hidup bermasyarakat dalam
konteks budaya.
Identitas
tari dan kekhasan tari tradisional tersebut merupakan refleksi kultur
masyarakat, adat istiadat, kebiasaan, kehidupan bermasyarakat dalam perilaku
sehari-hari, ritual, dan kepercayaan yang disepakati secara sadar ataupun
sebaliknya.
Karya
seni tari tradisional memiliki dua bentuk tari berdasarkan nilai seni yang
dibatasi adat istiadat atau norma yang berbentuk aturan, yaitu sebagai berikut.
a. Tari Klasik
Tari
klasik memiliki aturan yang mengikat dalam penyajiannya, baik secara estetis
maupun teknis. Tari klasik pastilah tradisional, tetapi tari tradisional belum
tentu klasik.
Standardisasi
tari klasik terbentuk akibat beberapa hal, yakni:
•
mengandung
nilai estetis dan nilai artistik yang tinggi dan segala sesuatunya dipersiapkan
agar tarian benar-benar sempurna;
•
perjalanan
tumbuhnya sangat panjang sehingga mengkristal dalam kehidupan masyarakat;
•
memiliki
aturan baku yang tidak bisa diubah atau dihilangkan atas kesepakatan.
Tarian
yang termasuk tari klasik, di antaranya tarian yang fungsinya untuk upacara
ritual. Hal tersebut disebabkan tarian tersebut telah lama ada dan memiliki
aturan yang tidak boleh dilanggar oleh pengikutnya. Terdapat tari upacara yang
sudah mengalami perubahan fungsi karena mendapat sentuhan modern atau tidak
lagi disajikan sebagai tarian dengan bentuk yang sama. Misalnya, tarian yang
hidup di kalangan keraton dan istana yang masih hidup di beberapa wilayah di
Indonesia.
Tarian
yang hingga kini masih hidup dan menunjukkan sebuah bentuk tari kategori
klasik, contohnya yaitu Tari Bedhaya Ketawang dari Jawa Tengah. Tarian ini
muncul karena adanya kepercayaan yang menyatakan bahwa Sri Sultan Agung yang
menjadi pencipta tarian ini memiliki hubungan mistis dengan penguasa pantai
selatan (Nyi Roro Kidul) sehingga proses mempengaruhi pada saat penciptaan
tarian tersebut dipercaya dipengaruhi unsur mistis. Oleh karena itu, dari dulu
hingga kini dalam tarian ini diterapkan aturan teknis dan estetis karena
dianggap sebagai tarian keramat.
Misalnya,
para penarinya selalu berjumlah ganjil, atau sembilan penarinya diberi nama
sendiri-sendiri. Penari juga harus dalam keadaan suci ketika menarikan Tari
Bedhaya ini. Segala sesuatu untuk busana telah dipersiapkan dengan sangat
detail, bahkan penarinya harus berpuasa sebelum menari. Tarian ini hingga kini
sering disajikan di Keraton Ngayogyakarta dan Kraton Solo pada acara tertentu
dan hari tertentu.
b. Tari Rakyat
Imajinasikan
pikiran Anda ke tahun-tahun ketika zaman belum tersentuh peradaban teknologi
agar daya empati Anda terhadap tari tradisional tidak memiliki jeda. Tari
tradisonal yang tumbuh dan berkembang di kalangan rakyat pada zaman dahulu
sering disebut tari rakyat. Dengan kesederhanaan bentuk sajiannya, tarian ini
lahir sebagai cara masyarakat dalam mengekspresikan kegembiraannya melalui
karya tari.
Hubungan sosial antarmanusia menunjukkan iklim positif pada
pergaulan rakyat yang terjalin baik. Kebebasan dalam mengungkapkan ekspresi
terlihat pada tari yang hidup di kalangan rakyat, yaitu jenis tari pergaulan
yang merupakan refleksi kebiasaan antara individu dan masyarakat.
Tari
pergaulan yang hidup di kalangan masyarakat ini menjadi sarana ekspresi yang
menghibur dan merupakan jenis hiburan satu-satunya karena zaman dulu belum
dikenal teknologi. Pada saat itu, mereka membutuhkan hiburan sehingga secara
spontan tarian ini dilakukan di sebuah tempat yang cukup
luas.
Pilihan tempat menari yang berbentuk lingkaran (arena) dipilih agar jarak
antara penari dan penonton cukup dekat dan akan memudahkan interaksi. Oleh
sebab itu, kedudukan penonton yang melingkar mengelilingi penari dan pemain
musiknya telah menjadi sebuah kebiasaan pada cara penyajiannya. Hal tersebut
bertujuan agar timbul suasana yang akrab sehingga penonton dapat ikut menari
bersama sang penari.
Berikut
merupakan keunikan dari jenis tari yang hidup di kalangan rakyat pada zaman
dahulu:
•
pola gerak, rias, busana, dan iringannya sederhana;
•
gerakannya dilakukan secara spontan;
•
ungkapan kegembiraan dan menghibur para pelakunya sendiri;
•
terjadi interaksi antara penari dan penonton;
•
menunjukkan suasana yang akrab;
•
merupakan sarana dalam pergaulan masyarakatnya;
•
tempat sajian tari umumnya menggunakan bentuk lingkaran atau arena.
Perlu
digarisbawahi bahwa yang disebut tari rakyat pada zaman dulu dan kini ada perbedaan
yang cukup jauh. Dahulu terdapat kelompok-kelompok masyarakat, yaitu kelompok
yang berkuasa (kerajaan dan feodal), rakyat jelata, dan kaum proletar.
Mereka
dibedakan oleh tingkat kaya, miskin, berkuasa, tidak berkuasa, pribumi, dan
penguasa sehingga perbedaan gaya dan isi tarian akan berbeda. Akan tetapi,
jenis tarian apa pun dalam perkembangannya tidak terlihat dipengaruhi oleh
status sosial. Seni budaya adalah milik semua bangsa Indonesia.