Tari
hiburan akan menunjukkan kekhasan dilihat dari kostumnya dan alat musik
pengiringnya.
Orang-orang pantai yang hidup sebagai nelayan cenderung
mengenakan kostum yang berwarna cerah dan terang. Hal ini dapat dikaitkan
dengan karakternya yang agak keras.
Volume
nada berbicara mereka tinggi karena harus bersaing dengan suara deburan ombak
pantai. Namun, keadaan itu tidak mengurangi rasa kekeluargaan mereka. Keadaan
sosio kultural ini menciptakan jenis tari hiburan di pesisir, termasuk memiliki
karakter lincah.
Efek
karakter ini diwujudkan dengan kostum warnawarni dan desain sederhana, seperti
kain yang dililit, baju kebaya, penutup kepala, hiasan kepala, juga selendang
yang dipergunakan sebagai properti untuk menari.
Selendang
dikenakan dengan cara disampirkan di pundak penari wanita. Selain sebagai
busana, kadang-kadang selendang juga dijadikan alat untuk menarik penonton ke
arena untuk menari bersama. Di daerah lain, kadang-kadang pada saat pementasan
sebuah tari hiburan, suasananya sering kali dibumbui keributan.
Demikian
itu terjadi jika salah satu penonton tidak berkesempatan menari bersama salah
satu penari yang disebut ronggeng (di Jawa Barat). Penari topeng seperti itu
disebut, ledhek (di Jawa Timur) dan janger (di Bali).
Kekhasan
lain tari hiburan yang tumbuh di daerah agraris, pertanian, bercocok tanam,
atau perkebunan adalah dipengaruhi kekuasaan kaum feodal, yang membuat rakyat
patuh, harus mengikuti permintaan para pejabat untuk menari di kalangan
bangsawan dan kaum feodal yang cenderung mengarah ke pertunjukan erotis.
Busana
tari yang dikenakan merupakan cara berpakaian sehari-hari, seperti baju kebaya
lengan panjang, kain yang dililit semata kaki, atau baju atasan sebatas dada
yang disebut apok (Sunda) atau ampok (Bali), sedangkan untuk zaman sekarang
disebut bustier. Tari-tariannya lebih didominasi kaum hawa.