Musik
menjadi rangsang gerak dalam berkreativitas. Bunyi-bunyian yang terdengar di
telinga kita bisa berbentuk lagu, musik yang dimainkan dari alat musik, suara
manusia, atau suara binatang dapat dijadikan sumber ide atau inspirasi
penciptaan karya tari.
Musik
yang terdengar lembut dengan yang berirama ritmis, atau dengan ketukan yang
tetap, akan menimbulkan efek yang berbeda dalam perasaan kita.
Mungkin
musik yang lembut mengalun akan merangsang kita untuk merebahkan diri, melamun,
dan menenangkan hati. Ketika terdengar musik yang riang dengan beat yang
ngerock, badan kita akan merespons, minimal dengan menganggukanggukkan kepala
mengikuti irama, menandakan kita ikut
larut
dengan nada yang gembira.
Respons
gerakan kita terhadap bunyi akan mengikuti beat musiknya. Jika iramanya
mengalun, Anda akan ikut memperlambat anggukan.
Jika
iramanya cepat, dengan refleks Anda mempercepat anggukan (harmoni). Respons ini
adalah respons alamiah manusia.
Namun,
jika kita memiliki pengetahuan tentang penciptaan karya seni, itu tidaklah
mutlak. Artinya, kita bisa membuatnya bertolak belakang atau kontras.
Musik/irama yang cepat tidak harus selalu diikuti oleh gerakan yang sama
cepatnya.
Demikian
sebaliknya dengan irama yang lambat mengalun, bisa direspons dengan gerakan
yang cepat. Bahkan, bisa jadi gerakan terpatah-patah. Jika Anda membaca bab
sebelumnya, Anda akan ingat tentang Tari Topeng Panji dari Cirebon, yang dalam
sajiannya memiliki karakter respons irama yang kontras.
Selain
bunyi sebagai rangsang gerak, bunyi juga sebagai rangsang tema sebuah tarian.
Kesan yang kita tangkap dari irama, atau lagu atau alunan nada, akan
menimbulkan berbagai macam interpretasi. Interpretasi seseorang terhadap bunyi
yang bernada muncul karena ilmu yang dimiliki, pengalaman, dan suasana hati
manusia.
Ada
yang mengatakan aneh ketika pertama kali mendengar iringan pada tari tunggal
Ngremo dari Jawa Timur. Ada yang dapat mengidentifikasi langsung jenis alat
musik yang menjadi iringan tarian tersebut. Hal ini menunjukkan keadaan dua
orang yang berbeda disiplin ilmu yang dikuasainya. Penafsirannya tentu berbeda
juga.
Begitu
pula dengan cara menentukan tema tarian. Tema kepahlawanan lebih tepat jika
iringan tarinya berirama dinamis dengan alat musik yang terbuat dari membran
kulit, seperti kendang, bedug, tifa, talempong, dan lain sebagainya.